MEKANISME REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK SN2
Sebelum kita mencari
tahu apa pengertian dari reaksi substitusi nukleofililik SN2, kita harus mengetahui
terlebih daulu apa itu reaksi substitusi. Berikut penjelasannya.
REAKSI SUBSTITUSI
Reaksi yang berlangsung karena penggantian
satu atau lebih atom atau gugus dari suatu senyawa oleh atom atau gugus lain
disebut reaksi substitusi. Jadi dalam reaksi
substitusi suatu atom atau gugus atom yang terdapat dalam
rantai utama akan meninggalkan rantai utama tersebut dan tempatnya yang kosong
akan diganti oleh atom atau gugus atom yang lain.Reaksi substitusi pada umumnya
terjadi pada senyawa jenuh (alkana). Alkana dapat mengalami reaksi substitusi dengan
halogen. Reaksi substitusi juga dapat diartikan sebagai reaksi dimana
berlangsung penggantian ikatan kovalen pada suatu atom karbon. Reagensia
pengganti dan gugus lepas yang meninggalkan substrat dapat berupa nukleofil
atau elektrofil (atau radikal bebas).Berdasarkan pereaksi yang yang
dipergunakan, reaksi substitusi dapat dibedakan menjadi :
(a) Reaksi Substitusi Radikal Bebas;
(b) Reaksi Substitusi Elektrofilik; dan
(c) Reaksi Substitusi Nukleofilik.
(a) Reaksi Substitusi Radikal Bebas;
(b) Reaksi Substitusi Elektrofilik; dan
(c) Reaksi Substitusi Nukleofilik.
A. Reaksi Substitusi Radikal
Bebas
Reaksi substitusi radikal bebas terjadi apabila gugus
yang mengganti adalah radikal bebas. Pereaksi radikal bebas adalah atom atau
gugus atom yang mengandung sebuah elektron yang tidak berpasangan. Pereaksi
radikal bebas umumnya digunakan pada reaksi yang menyebabkan pemutusan
homolitik dari substrat. Reaksi ini dimulai dengan pembentukan radikal bebas
yang reaktif. Radikal tersebut beresaksi dengan molekul lain membentuk radikal
bebas baru yang meneruskan reaksi berikutnya. Contoh reaksi substitusi radikal
bebas adalah reaksi antara metana dengan gas klor mengasilkan monoklor-metana
dan asam klorida.
B. Reaksi Substitusi
Elektrofilik
Reaksi
Substitusi Elektrofilik adalah reaksi kimia dimana suatu elektrofil
menggantikan sebuah gugus fungsional dalam suatu
senyawa, yang biasanya, tapi tidak selalu, merupakan atom hidrogen. Reaksi substitusi elektrofilik merupakan
reaksi pergantian elektrofil. Elektrofil merupakan kebalikan dari nukleofil.
Elektrofil merupakan spesi yang tertarik pada muatan negatif. Jadi elektrofil
merupakan suatu asam Lewis. Pada umumnya reaksi substitusi elektrofilik yang
disubstitusi adalah H+ atau asam Lewis. Reaksi SE dapat terjadi pada senyawa
benzena atau benzena tersubstitusi. Contoh reaksi SE benzena, meliputi: nitrasi,
sulfonasi, halogenasi, alkilasi, asilasi, reaksi substitusi elektrofilik
substituen EDG benzena monosubstitusi, reaksi substitusi elektrofilik
substituen EWG benzena monosubstitusi dan reaksi substitusi elektrofilik
benzena disubstitusi.
C.
Reaksi Substitusi Nukleofilik
Reaksi yang berlangsung karena penggantian
satu atau lebih atom atau gugus dari suatu senyawa oleh atom atau gugus lain
disebut reaksi substitusi. Bila reaksi substitusi melibatkan nukleofil, maka
reaksi disebut substitusi nukleofilik(SN), dimana S menyatakan
substitusi dan N menyatakan nukleofilik.
Spesies yang bertindak sebagai penyerang adalah nukleofil (basa Lewis), yaitu spesies
yang dapat memberikan pasangan elektron ke atom lain untuk membentuk ikatan
kovalen. Perubahan yang terjadi pada reaksi ini pada dasarnya adalah: suatu
nukleofil dengan membawa pasangan elektronnya menyerang substrat (molekul yang
menyediakan karbon untuk pembentukan ikatan baru), membentuk ikatan baru dan
salah satu substituen pada atom karbon lepas bersama berpasangan elektronnya.
Gugus pergi adalah substituen yang lepas dari substrat,
yang berarti atom atau gugus apa saja yang digeser dari ikatannya dengan atom
karbon. Substrat bisa bermuatan netral atau positif, sedangkan nukleofil
bermuatan netral atau negatif. Pada umumnya nukleofil adalah ion yang bermuatan
negatif (anion), tetapi beberapa molekul netral dapat pula bertindak sebagai
nukleofil, contoh: H2O, CH3OH, dan CH3NH2.
Hal ini disebabkan karena molekul-molekul netral tersebut, memiliki pasangan
elektron menyendiri yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan sigma dengan
atom C substrat. Dalam reaksi substitusi nukleofilik bila nukleofilnya H2O
atau -OH disebut reaksi hidrolisis,
sedangkan bila nukleofil penyerangnya berupa pelarut disebut reaksi solvolisis. Dengan demikian maka
reaksi substitusi nukleofilik dapat dituliskan dalam 4 macam persamaan reaksi, yaitu :
Nu:– +
R – L → Nu
– R + L: –
Nu:
+ R – L →
Nu+ – R + L:
–
Nu:– +
R – L+ →
Nu – R + L:
Nu:– +
R – L+ →
Nu+ – R + L:
Keterangan :
Nu : atau Nu:¯ adalah nukleofil
L : atau L:¯ adalah gugus pergi
Ion
atau molekul yang merupakan basa yang sangat lemah, seperti I¯, Cl¯,
Br¯merupakan gugus pergi yang baik,
karena mudah dilepaskan ikatannya dari atom C substrat. Sedangkan nukleofil yang baik adalah nukleofil
yang berupa basa kuat.
MEKANISME REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK
SENYAWA ALIAFATIK
Reaksi
substitusi nukleofil senyawa alifatik biasanya
terjadi pada senyawa alkil halida (R-X). Atom karbon yang mengikat
halida pada alkil halida ini, mempunyai muatan parsial positif, sehingga mudah
diserang oleh nukleofil. Jika gugus
perginya adalah ion halida, maka gugus ini merupakan gugus pergi yang baik karena
ion-ion halidanya merupakan basa yang sangat lemah dan mudah digantikan oleh
nukleofil. Pada dasarnya terdapat dua
mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka dilambangkan dengan SN2 dan
SN1. Tapi sekarang saya hanya membahas mekanisme reaksi SN2.
Mekanisme
Reaksi SN2
Ciri-ciri mekanisme reaksi SN2
adalah :
- Nukleofil
menyerang dari arah belakang, yaitu arah yang berlawanan dengan posisi
gugus pergi dan terjadi inversi konfigurasi.
- Reaksinya merupakan proses satu langkah tanpa
pembentukan hasil antara.
- Laju reaksinya ditetukan oleh konsentrasi
substrat dan konsentarasi nukleofil. Laju reaksi ini dipengaruhi oleh efek
sterik yaitu efek yang ditimbulkan oleh ruahnya struktur susbtrat.
Bila
laju reaksi substitusi nukleofilik tergantung pada konsentrasi substrat dan
nukleofil, maka reaksi ini dimanakan reaksi tingkat dua dan dinyatakan dengan SN2.
Notasi SN2 menunjukkan reaksi substitusi nukleofil bimolekular, yang
berarti bahwa pada reaksi ini ada 2 spesies yang terlibat dalam pembentukan
keadaan transisi. Dalam reaksi SN2, nukleofil menyerang substrat
dari arah belakang, dalam arti nukleofil mendekati substrat dari arah yang
berlawanan dengan posisi gugus pergi. Reaksinya merupakan proses satu langkah,
tanpa pembentukan zat antara. Pola umum dari serangan nukleofil terhadap
substrat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
nukleofil substrat keadaan transisi hasil substitusi gugus pergi
Penyerangan
nukleofil dari arah belakang suatu atom karbon tetrahedral yang mengikat gugus
pergi, ada dua hal yang terjadi yaitu: suatu ikatan baru mulai dibentuk dan
ikatan C-X mulai terputus. Proses ini disebut proses satu tahap (proses
serempak). Pada proses ini diperlukan energi untuk memutuskan ikatan C-X.
Energi tersebut dipenuhi dari energi yang dibebaskan pada pembentukan ikatan
C-Y yang terjadi secara simultan. Jika energi potensial kedua spesies yang
bertumbukan cukup tinggi, maka dapat dicapai suatu keadaan energi yang
memudahkan pembentukan ikatan baru dan pemutusan ikatan C-X.
Pada
waktu pereaksi berubah menjadi hasil substitusi, maka pereaksi tersebut harus
melewati keadaan antara yang memiliki energi potensial tinggi jika dibandingkan
dengan energi rata-rata pereaksi dan hasil reaksi. Keadaan antara ini disebut keadaan transisi atau kompleks teraktifkan. Karena pembentukan
keadaan transisi ini melibatkan dua partikel yaitu substrat dan nukleofil, maka
reaksi SN2 dikatakan bersifat bimolekular. Keadaan transisi ini
melibatkan suatu rehibridisasi sementara dari atom C yang mengikat gugus pergi
dan sp3 ke sp2 dan akhirnya kembali ke sp3
pada saat hasil reaksi terbentuk.
Jika
nukleofil menyerang dari arah belakang molekul substrat, ketiga gugus yang
terikat pada atom karbon dengan hibridisasi sp3 berubah posisi
menjadi datar pada keadaan transisi, kemudian membalik ke posisi yang lain
(seperti payung yang kelewat terbuka). Peristiwa membalik ini disebut inversi.
Laju
reaksi SN2 ditentukan oleh konsentarsi substrat dan konsentrasi
nukleofil. Artinya konsentrasi kedua reaktan terlibat dalam langkah penentu
laju reaksi. Jika konsentrasi pereaksi dalam reaksi SN2 diperbesar
akan menambah laju pembentukan produk. Hal ini disebabkan karena dengan
penambahan konsentrasi pereaksi tersebut, akan meningkatkan jumlah tumbukan
antar molekul. Untuk reaksi SN2 yang dinyatakan dengan persamaan
reaksi:
Nu- +
R-X R-Nu + X
maka :
Laju
reaksi SN2 = k [R-X][Nu-]
[R-X] dan
[Nu-] : konsentrasi dalam
mol/liter untuk substrat dan nukleofil
k : tetapan laju reaksi.
Harga k konstan untuk reaksi dengan kondisi
eksperiman yang sama (pelarut, konsentrasi).
Laju
reaksi yang mengikuti mekanisme SN2 terutama disebabkan oleh faktor
sterik dan bukan ditimbulkan oleh faktor polaritas. Hal ini berarti perbedaan
laju reaksi berkaitan dengan keruahan substituen dan bukan karena faktor
distribusi elektronnya. Apabila jumlah substituen yang terikat pada atom C yang
mengikat gugus pergi bertambah, maka kereaktifannya dalam reaksi SN2
akan menurun.
Permasalahan:
1. Mengapa laju reaksi SN2 ditentukan oleh
konsentarsi substrat dan konsentrasi nukleofil?
2. Mengapa pada laju reaksi yang mengikuti mekanisme SN2
disebabkan oleh faktor sterik dan bukan
ditimbulkan oleh faktor polaritas?
3. Jelaskan yang
dimaksud dengan kedaan transisi pada mekanisme reaksi SN2!
Nama saya yossy mahardani Nim A1C117034 . Saya ingin membantu menjawab no 1 dari artikel tersebut. Dimana menurut teori laju reaksi laju reaksi ditentukan oleh konsentrasi pereaksi dan nukleofil. hal ini terjadi karena nukelofil dan pereaksi sama2 terlibat dalam keadaan transisi senyawa pada reaksi ini.
BalasHapusSemoga dapat menjawab persoalan tersebut.
Nama : Kurnia Aulia
BalasHapusNim : A1C117068
Baiklah disini saya akan membantu menjawab permasalahan dari melin yaitu permasalahan nomor 3
Dimana jelaskan yang dimaksud dengan kedaan transisi pada mekanisme reaksi SN2!
Menurut yang saya tau keadaan transisi itu adalah sebuah reaksi kimia
yang merujuk pada konfigurasi tertentu pada koordinat reaksi. Ia didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang memiliki energi tertinggi di sepanjang koordinat reaksi.
Terima kasih 🙏
Nama saya Alfu Laila Ariyanti
BalasHapusNim: A1C117022
Disini saya akan mencoba menjawab permasalahan nomer 2, Mengapa pada laju reaksi yang mengikuti mekanisme SN2 disebabkan oleh faktor sterik dan bukan ditimbulkan oleh faktor polaritas? Dari referensi yang saya baca hal ini dikarenakan perbedaan laju reaksi berkaitan dengan keruahan substituen dan bukan karena faktor distribusi elektronnya. Apabila jumlah substituen yang terikat pada atom C yang mengikat gugus pergi bertambah, maka kereaktifannya dalam reaksi SN2 akan menurun.
Semoga dapat membantu :)