MEKANISME
REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK SN1
MEKANISME REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK
Sebagai hasil dari eksperimen yang
dimulai lebih dari 60 tahun lalu, kita sekarang paham tentang mekanisme
reaksi-reaksi substitusi nukleofilik dengan lebih baik. Kami menggunakan kata
jamak sebab substitusi nukleofilik
berlangsung dengan lebih dari satu mekanisme. Mekanisme yang teramati pada
kasus tertentu bergantung pada struktur nukleofilik dan alkil halida, pelarut,
suhu reaksi, dan faktor lain.
Terdapat
dua mekanisme utama subtitusi nukleofilik. Keduanya diberi lambang SN1 dan SN2. SN
berarti “substitusi nukleofilik”. Angka 2 dan 1 akan menjadi jelas bila kita
membahas setiap mekanisme tersebut. Tetapi disini saya akan menjelaskan tentang
mekanisme dari reaksi SN1.
REAKSI SN1
Kecepatan
reaksi SN1 tidak tergantung pada reagen, namun sangat bergantung
pada substratnya. SN1 bertahap (stepwise),
SN2 serentak (concerted).
Contoh
spesifik Reaksi SN1:
Oleh karena reaksi SN1
dari alkil halida tersier reaksi dengan pelarut (misalnya air atau alcohol),
maka reaksi ini disebut reaksi solvolisis (dari kata “solvent” dan kata Yunani lysis yang berarti pembebasan-loosening
atau pemecahan).
Reaksi dari alkil halida dengan
jalan SN1 hanya terjadi dalam keadaan
nukleofil lemah karena nukleofil dengan sifat basa yang lebih kuat akan
menghilangkan reaksi dan yang dihasilkan adalah alkena. Nukleofil lemah pun
akan mengalami eliminasi. Oleh karena hasilnya adalah suatu campuran, maka
reaksi SN1 dari alkil halida tidak begitu berguna untuk teknik sintesis
yang umum.
MEKANISME SN1
Mekanisme
SN1ialah proses dua-langkah. Pada langkah pertama yang berjalan
lambat, ikatan antara karbon dan gugus pergi putus sewaktu substrat ini
berdisosiasi (mengion).
Elektron dari ikatan C−X pergi bersama gugus pergi, dan terbentuk
karbokation. Pada langkah kedua yang berlangsung cepat, karbokation bergabung
dengan nukleofili menghasilkan produk.
Bila
nukleofili berupa molekul netral, seperti air atau alkohol, lepasnya satu
proton dari oksigen nukleofilik pada langkah ketiga menghasilkan produk akhir.
Angka 1 digunakan untuk menunjukkan
mekanisme ini sebab langkah penentu lajunya yang lambat hanya melibatkan salah
satu dari dua reaktan, yaitu substrat (Pers. 1). Tahap penentu laju ini tidak
melibatkan nukleofili sama sekali. Artinya, langkah pertama termasuk
unimolekular.
Diagram
perubahan energi reaksi SN1
Mekanisme reaksi SN1
hanya terjadi pada alkil halida tersier. Nukleofil yang dapat menyerang
adalah nukleofil basa sangat lemah seperti H2O, CH3CH2OH.
Pada reaksi SN1 terdiri dari 3 tahap reaksi. Sebagai
contoh adalah reaksi antara t-butil bromida dengan air.
Tahap 1.
Tahap 2.
Tahap 3.
Kecepatan
reaksi akan ditentukan oleh seberapa cepat halogenalkana terionisasi. Karena
tahapan awal yang lambat ini hanya melibatkan satu spesies, maka mekanisme ini
disebut sebagai SN1
– substitusi, nukleofilik, satu spesies yang terlibat dalam tahap awal yang
lambat.
Kesimpulannya,
mekanisme SN1 ialah
proses dua-langkah yang cenderung berlangsung bila alkil halidanya tersier.
Halida primer biasanya tidak bereaksi dengan mekanisme ini. Proses SN1berlangsung
dengan raseminasasi, dan lajunya tidak bergantung pada konsentrasi nukleofili.
Permasalahan:
1. Mengapa laju reaksi tidak bergantung pada konsenrasi
nukleofilik?
2. Halida primer hampir selalu bereaksi melalui mekanisme SN2, sedangkan halida tersier bereaksi melalui mekanisme SN1. Lalu bagaimana dengan halida sekunder
apakah bisa bereaksi dengan salah satu
atau kedua mekanisme reaksi tersebut? Sertakan alasannya.
3. Mengapa
reaksi paling cepat bila gugus alkil pada substrat keadaannya tersier dan
paling lambat bila primer?
Saya Yuli Pertiwi
BalasHapusNIM : A1C117020
saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor tiga. Apabila gugus alkil pada substrat keadaannya tersier akan bereaksi cepat dan akan lambat bila keadaannya primer hal ini disebabkan karena kecepatan reaksi itu di pengaruhi oleh kecepatan atau kestabilan karbokation. seperti kita tahu dalam urutan kestabilan karbokation, tingkat kestabilan karbokation ini akan meningkat dari Metil - Primer - Sekunder - Tersier. sehingga apabila keadaan gugus alkilnya tersier akan lebih mudah membentuk karbokation dan karbokation yang terbentuk akan lebih stabil. hal inilah yang menyebabkan pada keadaan tersier reaksi akan berjalan cepat.
terimaksih
saya Khairil Liza
BalasHapusNIM A1C117036
saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 1.
karena didalam mekanisme reaksi substitusi SN1 terjadi dalam 2 tahap, tetapi tidak meliputi protonasi atau deprotonasi. pada tahap pertama terjadi penentuan laju reaksi, maka dari itu laju reaksi dari keseluruhan reaksi sama dengan laju pembentukan karbokation dan juga tidak melibatkan konsentrasi nukleofil. itulah yang menyebabkan reaksi SN1 ini tidak bergantung pada konsentrasi nukleofiliknya.
Saya Muhammad Habib
BalasHapusNIM A1C117012
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2
untuk alkil halida sekunder itu sendiri sebenarnya jika kita telah mempelajari mekanisme SN2 dan SN1 sebelumnya. bahwa halida sekunder memenuhi persyaratan untuk mekanisme SN1 dan SN2. alasannya karena halida sekunder itu kan merupakan 2 atom karbon yang berikatan dengan gugus C-X. sehingga tidak terlalu mempersulit dalam masing-masing mekanisme. dan juga dijelaskan bahwa dalam mekanisme SN1 itu dinyatakan bahwa yang tidak umum ditemukan yaitu alkil halida primer. dan jika mekanisme SN2 untuk alkil halida tersier tersebut meskipun bisa. tetapi akan menjadi lambat karena otomatis akan banyak halangan. sehingga bisa disimpulkan alkil halida sekunder bisa untuk di kedua reaksi, meskipun lajunya ada cepat ataupun lambat.
sekian jawaban saya